Pengaruh Budaya Vietnam bagi budaya bangsa Indonesia pada masyarakat Prasejarah Indonesia
Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa
perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut
yaitu Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Sa
Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan
Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
Masyarakat
Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan Sungai Merah, sedang
masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian Salatan. Ada pada tahun
40.000 SM-500 SM. Kebudayaan
tersebut berasal dari zaman Pleistosein akhir. Proses migrasi ketiga
kebudayaan tersebut berlangsung antara 2000 SM-300 SM. Menyebabkanmenyebarnya
migrasi berbagai jenis kebudayaan Megalithikum (batu besar),Mesolitikum
(batu madya),Neolithikum (batu halus), dan kebudayaan Perunggu.Terdapat
2 jalur penyebaran kebudayaan tersebut:
1. Jalur barat, dengan peninggalan berupa kapak persegi
2. Jalur Timur, dengan ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Padazaman perunggu, kapak lonjong ditemukan di Formosa, Filipina, Sulawesi,Maluku, Irian Jaya.
PENGARUH BUDAYA BACSON-HOABINH
Diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun7000 SM. Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari gerabah
yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600SM
mengalami dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsisebagai
alat pemotong. Bentuknya ada yang lonjong, segi empat, segitiga, danada
yang berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat serpih, batu
gilingdari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang
belulang manusia yang dikuburkan dalam posisi terlipat serta
ditaburi zat warna merah. Ditemukan dalam penggalian di pegunungan batu
kapur di daerah Vietnam bagian utara yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh
Istilah
Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk menunjukkan tempat
pembuatan alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkaspada
satu/ dua sisi permukaannya. Batu kali yang berukuran lebih kurang
satukepalan dan seringkali seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam.Ditemukan
di seluruh wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di baratdan ke
utara hingga propinsi-propinsi Selatan, antara 1800 dan 3000 tahun yang
lalu. Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat
ditemukandi daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo), Nusa
Tenggara,Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di Sumatera letaknya didaerah Lhokseumawe dan Medan. Penyelidikan
tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak Pendek membawa kita melihat
daerah Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusatkebudayaan
Prasejarah di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh yangletaknya saling
berdekatan. Alat-alat yang ditemukan di daerah tersebut menunjukkan
kebudayaanMesolitikum. Dimana kapak-kapak tersebut dikerjakan secara
kasar. Terdapatpula kapak yang sudah diasah tajam, hal ini menunjukkan
kebudayaan ProtoNeolitikum. Diantara kapak tersebut terdapat jenis
pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek. Mme Madeline Colani,
seorang ahli prasejarah Perancis menyebutkan/memberi nama alat alat tersebut sebagai kebudayaan Bacson-Hoabinh. penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin merupakan pusat kebudayaan
Asia Tenggara. Dari daerah tersebut kebudayaan ini sampai ke Indonesia
melalui Semenanjung Malaya (Malaysia Barat) dan Thailand. Di Tonkin
tinggal 2 jenis bangsa, yaitu
1.
Bangsa Papua Melanosoid, merupakan bangsa yang daerah
penyebarannyapaling luas, meliputi Hindia Belakang, Indonesia hingga
pulau-pulau diSamudera Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan
Mesolitikum yang belumdi asah (pebbles).
2. Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang memiliki kebudayaan yanglebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
1. Bangsa
Austronesia, merupakan percampuran dari bangsa Melanesoid dan
Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini tersebar ke
seluruhKepulauan Indonesia.
Hasil Kebudayaan Bacson - Hoabinh
1. Kapak Genggam
Kapak
genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan
pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu di pulauSumatera.
2. Kapak Dari Tulang dan Tanduk
Di
sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur)
ditemukankapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat
dari tulang tersebut bentuknyaada yang seperti belati dan ujung tombak
yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi darialat-alat tersebut adalah
untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkapikan.
3. Flakes
Flakes
berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes
atau alat serpih.Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang
dibuat dari batu-batu indah berwarnaseperti calsedon.
Flakes
mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris
daging ataumemotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa
sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di
daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon,
Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge
(Sulawesi),Wangka, Soa, Mangeruda (Flores). Kebudayaan Bacson - Hoabinh
yang terdiri dari pebble, kapak pendek serta alatalat daritulang masuk
ke Indonesia melalui jalur barat.
Peradaban Bacson - Hoa Binh
Hasil Kebudayaan Bacson Hoa Binh ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara.Menurut CF Gorman
bahwa penemuan alat dari batu banyak ditemukan di Vietnam bagian Utara
yaitu di daerah Bacson Pegunungan Hoa Binh. Juga ditemukan alat serpih,
batu gilingdari berbagai ukuran, sedangkan di gua Xom Trai ditemukan
alat dari batu yang sudahdiasah pada sisi yang tajam. Di Indonesia
alat-alat batu dari kebudayaan Bacson Hoabinh banyak ditemukan di
Sumatera (Lhokseumawe dan Medan), Jawa Tengah (LembahBengawan Solo),
Sulawesi Selatan (Cabbenge), Semenanjung Minahasa, Flores, MalukuUtara
dsb.
Pengaruh
Budaya Hoa Bihn Terhadap Perkembangan Budaya Masyarakat Awal Kepulauan
Indonesia Budaya Hoa Bihn merupakan diantara budaya besar yang memiliki
situs-situs temuan diseluruh daratan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Budaya Hoabihn ini berkembang di Asia Tenggara dalam kurun waktu antara
18.000 hingga 3.000-an tahun yang lalu. Istilah Hoa Bihn sendiri mulai
dipakai sejak tahun 1920-an untuk menyebut pada suatu industri alat batu
yang berasal dari jenis batu kerakal dengan ciri khas berupa pangkasan
pada satu atau dua sisi permukaannya.Manusia pemilik budaya Hoabihn
diperkirakan hidup pada kala Holosen. Pendahulu Hoa Binh awalnya berada
di Vietnam bagian Utara, Thailand bagian Selatan dan Malaysia. Pengaruh
utama budaya Hoa Bihn terhadap perkembangan budaya masyarakat awal
kepulauan Indonesia adalah berkaitan dengan tradisi pembuatan alat
terbuat dari batu. Beberapa ciri pokok budaya Hoa Bihn ini antara lain
Pembuatan alat kelengkapan hidup manusia yang terbuat dari batu.
Batu yang dipakai untuk alat umumnya berasal dari batu kerakal sungai.
Alat batu ini telah dikerjakan dengan teknik penyerpihan menyeluruh pada
satu ataudua sisi batu. Hasil penyerpihan menunjukkan adanya keragaman
bentuk. Ada yang berbentuk lonjong, segi empat, segi tiga dan beberapa
diantaranya ada yang berbentuk berpinggang. Pengaruh budaya Hoa Bihn di
Kepulauan Indonesia sebagian besar terdapat di daerah Sumatra. Hal ini
lebih dikarenakan letaknya yang lebih dekat dengan tempat asal budaya
ini. Situs-situs Hoa Bihn di Sumatra secara khusus banyak ditemukan di
daerah pedalaman pantai Timur Laut Sumatra, tepatnya sekitar 130 km
antara Lhokseumawe dan Medan. Sebagian besar alat batu yang ditemukan
adalah alat batu kerakal yang diserpih pada satu sisi dengan bentuk
lonjong atau bulat telur. Dibandingkan dengan budaya Hoa Bihn yang
sesungguhnya, pembuatan alat batu yang ditemukan di Sumatra ini dibuat
dengan teknologi lebih sederhana. Kebanyakan alat-alat batu tersebut
ditemukan diantara atau terdapat dalam bukit sampah kerang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar